Panen Tebu Terganggu Hujan, Truk Pengangkut tak Bisa Masuk Lahan
05 Oktober 2010
Sesuai informasi yang dihimpun Senin (4/10), hasil panen tebu tersebut terpaksa diangkut dengan menggunakan perlengkapan yang terbuat dari baja bentuknya mirip dengan perahu yang selanjutnya ditarik menggunakan traktor untuk sampai ke truk dan diangkut ke pabrik gula (PG).
PG. Sindanglaut menyiasati lahan basah dengan menggunakan peralatan mirip perahu tersebut. "Adanya prahu baja bisa memperingan tenaga kuli tebang tebu. Sebanyak tiga perahu bisa mengisi sebuah mobil truk pengangkut tebu," kata Suparmanto, seorang kuli tebang tebu.
Menurut dia, kalau tidak ada perlengkapan alat angkut yang menyerupai perahu, satu hektare tebu yang sedang dipanen bisa selesai berminggu-minggu. Namun, adanya peralatan mirip perahu bisa selesai lebih cepat.
Penggunaan perahu baja dilakukan PG Sindanglaut yang mulai diikuti PG Karangsuwung, PG Tersana Baru dan PG Jatitujuh, Majalengka. Total areal tebu di Kab. Cirebon sendiri mencapai 7.600 hektare. Sementara area panen tebu di Jabar tahun ini mencapai 12.000 hektare. Panen tebu tahun 2010 bersamaan dengan guyuran hujan yang terus menerus sehingga petani kesulitan saat panen.
Kepala Tata Usaha PG Sindanglaut, Sumaryono, mengakui, terpaksa menggunakan segala cara agar giling tebu dapat terus berjalan. "Salah satunya membuat perahu baja untuk dapat mengangkut tebu hingga ke tengah kebun. "Kami saat ini membuat sebanyak sepuluh buah perahu baja. Ini terpaksa dilakukan karena hujan membuat mobil truk susah masuk ke lahan. Biaya juga mengalami kenaikan karena hujan yang yang masih saja turun," katanya.
Disebutkan, gula termasuk bahan bekubutuhan pokok yang diproduksi secara massal. Kebutuhan tebu yang digiling di PG Sindanglaut ini juga untuk memenuhi kebutuhan nasional, oleh karenanya, jangan sampai karena hujan terus menerus pabrik berhenti beroperasi.
Ketua DPD APTRI Jabar, H. Anwar Asmali, menjelaskan, proses tebang dan pengangkutan hasil panen tebu untuk dikirim ke tiga PG di Kab. Cirebon terhambat karena hujan yang sering kali turun. Petani juga menambah pengeluaran untuk biaya tebang angkut. Selain itu petani juga merugi akibat turunnya rendemen tebu pada giling tahun ini. "Tebu yang dipanen idealnya telah disinari matahari secara alamiah dalam waktu beberapa bulan. Namun, karena hujan terus menerus, rendemen juga turun," katanya.
Meskipun rendemen turun menjadi sekitar 6 %, lanjut Anwar, diimbangi pula dengan berat tebu yang mengalami kenaikan. Kondisi demikian membuat petani tidak mengalami kerugian. "Tahun ini petani tebu tidak merasa rugi, hanya saja keuntungan menjadi berkurang," katanya. (A-146/C-15/das)***
0 comments:
Posting Komentar