Minggu, 26 September 2010


KENDALIKAN GULMA, HAMA PENYAKIT UNTUK PERCEPAT PEMBUAHAN

Minat masyarakat terhadap tanaman buah tergolong tinggi, baik yang berorientasi bisnis maupun sekedar hobi. Mereka rela meluangkan waktu, tenaga, dan biaya untuk mendukung hobi mereka meskipun hanya satu atau dua pohon jambu dan mangga yang ada di halaman rumah. Meskipun tujuan membudidayakan tanaman buah berlainan antara pebisnis dan penghobi tetapi selalu punya harapan yang sama yakni tanaman buahnya cepat berbuah. Kenyataan sering terjadi tidak mau/ cepat berbuah. Untuk itu saya mencoba menyampaikan agar para penghobi maupun pebisnis dapat mencobanya.

Gurilem Gulma.
Gulma adalah tumbuhan pengganggu, bisa berupa tumbuhan liar atau sisa-sisa tanaman budidaya yang sebelumnya ditumpangsarikan dengan tanaman utama. Keberadaan gulma bisa berakibat fatal bagi tanaman utama. Tanaman pengganggu ini bukan hanya menyebabkan pelambatan saat berbuah, tetapi juga potensial mematikan tanaman. Pasalnya, gulma bisa menjadi agen penyebar virus, bakteri, serta cendawan penyebab penyakit. Selain itu, gulma juga bisa menjadi inang atau tempat hidup hama, seperti ulat dan belalang.
Pada tanaman buah semusim seperti semangka, melon, dan stroberi, gulma sangat mengganggu pertanaman. Gulma kecil sekalipun sangat besar pengaruhnya, karena potensial merampas unsur hara dan air. Bila gulma tersebut berukuran sama atau lebih besar daripada tanaman utamanya, juga bisa bersaing memperoleh sinar matahari.
Gulma pada tanaman buah semusim bisa dikendalikan dengan pemakaian mulsa. Ada dua jenis mulsa yang sering digunakan pekebun, yakni mulsa jerami dan mulsa plastik hitam perak. Menggunakan mulsa jerami mempunyai keuntungan ganda, karena jerami juga berfungsi sebagai pupuk organik. Mulsa hitam perak juga tidak hanya menekan pertumbuhan gulma, tapi juga bisa menjaga kelembaban tanah di sekeliling tanaman. Namun, penggunaan mulsa plastik hitam perak harus diperhitungkan secara cermat. Mulsa hitam perak dirancang khusus untuk pengairan dengan penggenangan atau irigasi tetes. Para pekebun di Taiwan, sebagai negara yang memproduksi bahan ini pun lebih banyak yang menggunakan mulsa jerami.
Pada tanaman menengah seperti nanas, pepaya, dan pisang, gulma juga potensial mengganggu pertanaman. Misalnya, areal pertanaman nanas di Tangkit, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, banyak diganggu oleh gulma paku-pakuan. Sementara itu, nanas Palembang di Sumatera Selatan, banyak diganggu oleh alang-alang. Alang-alang dan tanaman liar lain berupa semak, juga potensial menghambat buah-buahan tanaman keras seperti jeruk, mangga, dan durian ketika masih berumur muda. Gulma pada buah-buahan tanaman keras bisa dikendalikan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Dengan menanam penutup tanah (covercrop) yang sekaligus berfungsi sebagai pupuk hijau.
2. Menggunakan herbisida, biasanya digunakan pada budidaya tanaman buah berskala luas.
3. Secara manual, yakni dengan penyiangan.

2 comments:

Anonim mengatakan...

kang..
tau ga komposisi tanah dalam pot agar tanaman bisa tumbuh dengan baik tanpa kena penyakit?

ajarin bikin blog kang. makasih

BPTP mengatakan...

pastikan dalam 1 pot komposisi antara tanah harus dicampur dengan bahan organik misalnya pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan tanah : kompos/pupuk kandang = 1 : 2. Misalnya tanah 1 genggam, plus kompos 2 genggam. semakin banyak bahan organik maka tanah akan semakin gembur dan patogen tanaman akan semakin berkurang.

Posting Komentar